Tumbuh Bersama Pasangan, Rangkuman Kelas Jadi Istri SPN Nurul Ashri #Batch7

Tiap-tiap pasangan suami istri harus terus-menerus bertumbuh. Mau tidak mau. Sebab, kebutuhan di dalam hidup juga terus berubah, bahkan bertambah, seiring berjalannya waktu. Bertumbuh yang dimaksud adalah kamu mau untuk terus belajar memahami kebutuhanmu sebagai suami/istri dan juga pasanganmu.

Lantas, apa itu kebutuhan? @Momalula, selaku salah satu pemateri dalam Kelas Jadi Istri SPN Nurul Ashri menyebutkan bahwa ada 3 hal yang membentuk kebutuhan manusia, yakni pola asuh, lingkungan, dan trauma. Berikut penjelasannya.

1. Pola asuh orang tua

Pola asuh orang tua—sifat dan gaya interaksinya kepada anak—membentuk pemikiran, karakter, dan prinsip anak di kemudian hari.

Macam-macam pola asuh orang tua.

  • Permisif

Cuek, bahkan cenderung memanjakan anak. Tidak memiliki peraturan yang jelas di rumah, sehingga anak jadi tidak punya pegangan. Akibatnya, anak menjadi manja, egois, santai, tidak mempunyai target, cenderung malas, dan takut akan tantangan.

  • Otoriter

Orang tua galak, komunikasi hanya berjalan satu arah. Anak tidak boleh menyanggah, orang tua hanya menuntut dan tidak mau tahu perasaan anaknya. Hal itu membuat anak menjadi orang yang tidak enakan, perfeksionis, banyak menuntut, rendah diri, hingga mental terganggu (mudah cemas, stress, depresi).

  • Otoritatif

Orang tua dengan pola asuh otoritatif bersifat demokratis, mau mendengarkan dari sisi anak. Tidak memaksa, tidak terlalu mengatur, tetapi tetap ada aturan. Tidak menggunakan kekerasan; baik verbal, maupun fisik. Pola asuh ini membuat anak menjadi percaya diri, memiliki kontrol diri, bersosialisasi dengan baik, dan bisa membuat keputusan sendiri.

  • Neglectful atau Tidak Terlibat

Orang tua tidak peduli dan tidak mau terlibat dengan pengasuhan anaknya sama sekali. Anak akan menjadi orang yang terkena trust issue, cemas, tidak patuh, sesuka hatinya sendiri, hingg sulit membangun hubungan.

2. Lingkungan

Mau tidak mau, lingkungan juga akan memberikan pengaruh terhadap diri manusia. Misalnya, anak yang sering diabaikan, disalahkan, akan mudah merasa rendah diri, menjadi people pleaser, ingin membahagiakan semua orang, tidak mau merepotkan orang lain, suka memendam perasaan, butuh validasi.

3. Trauma

Trauma di masa kecil juga bisa memengaruhi kebutuhan manusia di masa depan. Misalnya, anak yang orang tuanya bercerai, orang tua suka berbohong, pernah dikhianati atau melihat pengkhianatan org terdekat. Hal-hal tersebut membuat anak menjadi orang yang tidak mudah percaya, sulit membuka hati, dan mudah curiga.

Oleh karenanya, teruslah bertumbuh di dalam perjalanan rumah tanggamu. Agar kamu dan pasangan dapat senantiasa sejalan. Jika tidak, kamu akan menemukan beberapa permasalahan di dalamnya. Di antaranya ialah rumah tangga tidak tenteram, tidak ada usaha untuk mencapai visi dan misinbersama, sakit psikis dan fisik, hingga brujung pada perceraian.

Berikut hal-hal yang harus kamu lakukan untuk terus bertumbuh bersama pasanganmu.

1. Kembali kepada fitrah pernikahan

2. Kenali kebutuhan diri dan pasangan

3. Ikhtiar memperbaiki diri dan pasangan

Cinta yang sebenarnya di dalam rumah tangga ialah dia yang mampu menurunkan egonya, dia yang mau untuk jatuh cinta setiap hari, dan dia yang mampu menghargaimu.

"Sebelum menikah, kita masih bisa memilih. Namun, sesudah menikah, kita harus menjalani konsekuensi yang sudah dipilih." –Ayu Momalula

Posting Komentar

26 Komentar

  1. Sebisa mungkin jangan otoriter ya calon calon orang tua, karna gak semua anak bisa pulih dari efek pola asuh otoriter di masa kecil.

    BalasHapus
  2. Yang poin 1 itu jadi peer banget untuk orang tua, termasuk aku yang masih suka emosian kalo negur anak :D
    Tapi kalo inget pola asuh akan terbawa sampe dewasa jadi suka istighfar dan ujung2nya aku yang nahan emosi

    BalasHapus
  3. Pola asuh itu ngga bisa sama. Harus dikombinasi beberapa pola. kemudian pola pengasuhan kepada setiap anak juga berbeda.
    Artinya menjadi orang tua harus terus belajar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena anak pun juga belajar menjadi anak, ya, kan, Kak? Jadi, sama-sama belajar, deh.

      Hapus
  4. Harus nikah dulu sih ini.. Anyway thank you for sharing, Kak.

    BalasHapus
  5. Kalau dipikir-pikir, padahal untuk jadi orang tua itu butuh ilmu khusus ya kan, udahlah praktiknya gak ada batas waktunya, bisa-bisanya sekolah untuk jadi orang tua enggak ada diatur negara ya, kan... Gak kayak udah habis semua sks ditempuh, nyusun skripsi, sidang, trus wisuda n dapat ijazahnya. 😁

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah punya orang tua yang pola asuhnya Otoritatif. Sering sedih kalo denger cerita temen yang orangtua nya otoriter

    BalasHapus
  7. Bahaya banget pola neglect ini kalau ga disadari secepat mungkin. Anak akan tumbuh menjadi duri bagi dirinya dan sekitarnya. Huhuhuhu. Semoga orang tua bisa mindful menerapkan kombinasi pola asuh yang tepat bagi anak.

    BalasHapus
  8. Penting banget sih untuk aware dan terus belajar ketiga hal tadi agar gak berkontribusi menjadi orangtua yang abai. Semangat terus untuk para calon orangtua dan para orangtua yang selalu memberikan yang terbaik untuk dirinya dan anak2nya

    BalasHapus
  9. Aku dan suami sama² memiliki masa kecil yang kurang asyik dengan pola asuh seorang ayah. Sampai kami berdua bertekad agar anak² kami tidak mengalami hal yang serupa seperti masa kecil kami dulu. Namun, tidak mudah melakukannya, apalagi aku. Sepertinya keotoriteran ayahku sudah mendarah daging dan terpatri di dalam pikiranku sampai hari ini. Aku tetap mencoba pelan² agar pola asuh yang sama tidak terjadi lagi kepada anak²ku kelak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata benar, ya, Kak. Manusia itu belajar sejak dari lahir hingga ajal menjemputnya. Termasuk ketika menjadi orang tua. Semangat, Kak. ✨️

      Hapus
  10. Suka banget sama closing statement nya, maka lbh baik lama dari pada salah memilih. Dan perlu juga di komunikasikan visi dan gambaran ke depan mau gmna dalam rumah tangga. Klo perlu ada agreement. Terkesan kaku ya, untuk di awal ini bagus, saat udah 5 thn ke atas pernikahan bru kita paham gmna pasangan dn ritme nya, tanpa agreement jg bisa. Yuuuk, ditunggu undangannya ki, ehhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kali, Kak. Bantu doa, ya, Kak semoga ada dia yang ditakdirkan Dia untuk Iki. 😭

      Hapus
  11. Gimana kalau calon pasangan yg punya trust issue keluarga? Biar gk pegel sendiri serasa berjuang sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikut kelas pra nikah barengan aja, Kak. Atau sekalian konseling. Sekarang keknya dah banyak yang gitu. Cuma kembali lagi gak, sih? Kekurangan dia soal trust issue itu masih bisa kita toleransi atau enggak?

      Hapus
  12. Aku baru belajar juga nih dan akan terus belajar, metode pengasuhan yg aku pelajari baru baru ini kind and firm, lembut tapi tegas, eaaak

    BalasHapus
  13. Paling takut juga kalau punya suami yg otoriter baik ke istri maupun ke anak

    BalasHapus
  14. Saling terkait faktor didikan orang tua dan lingkungan. Apalagi kalau didikan orang tua yang tidak memberikan ketenangan pada anak, tidak memberikan waktu kepada anak untuk menyampaikan pendapat maka akan terjadi hal yang tidak baik disaat anak berada diluar rumah. Jadi menjadi orang tua harus bisa memberikan didikan yang baik dan tegas juga biar anak bisa mandiri. Kalau aku pribadi sih memberikan ruang pada anak menyampaikan keluh kesahnya dan perasaannya bagaimana 1 hari ini jadi membuat anak merasa nyaman dan menjadikan aku sebagai orang tua teman ceritanya. Walaupun kalau anak salah ya harus tetap tegas dan beri solusi ya

    BalasHapus
  15. Aku suka banget sama kalimat 'Cinta yang sebenarnya di dalam rumah tangga ialah dia yang mampu menurunkan egonya'. Itu bener banget! Dalam pernikahan, ego harus dikesampingkan demi kebahagiaan bersama.

    BalasHapus
  16. Terpantau sedang belajar ilmu pra nikah. Semangat ikii. Semoga segera bertemu dia yang mampu menurunkan egonya, dia yang mau untuk jatuh cinta setiap hari, dan dia yang mampu menghargaimu. aamiin

    BalasHapus
  17. Saat menjadi anak, mikirnya dulu membesarkan anak mudah yang penting bisa banyak bersabar. Setelah jadi orang tua, ternyata gak semudah yang dipikirkan. Gak hanya sabar yang butuh di luaskan, orang tua juga harus terus belajar karena anak hidup di masa yang berbeda dengan saat ia di besarkan dulu.

    BalasHapus
  18. Bekal udah banyak ya ki, tinggal apa? hiyaa hiyaa

    BalasHapus
  19. Ilmu parenting dan pernikahan itu memang baiknya dipelajari dari sebelum nikah, baik perempuan atau laki-laki 👍

    BalasHapus
  20. Halo Kak Rizki, apakah blognya menerima kerja sama content placement? Apabila menerima, sila kontak saya di sugisiswiyanti@gmail.com untuk diskusi lebih lanjut. Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, Mbak. Sudah saya email, ya. Terima kasih. ✨️🌻

      Hapus
  21. Selama hidup, setiap manusia memang harus terus belajar. Terlebih belajar memahami pasangan agar bisa langgeng.

    BalasHapus