Ada banyak wisata alam di Sumatera Utara. Salah satunya ialah Danau Lau Kawar yang terletak di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.
Pada Sabtu, 10 Desember 2022 lalu, aku diajak oleh temanku untuk berkemah di area wisata Danau Lau Kawar, tepatnya di Villa MariPro Lau Kawar. Danau Lau Kawar sendiri, berada tepat di bawah kaki Gunung Sinabung. Hal itu membuat suasana di sekitar danau sangat sejuk dan asri.
Danau Lau Kawar dari Sudut Villa MariPro |
Aku dan teman-temanku (Kak Cici, Kak Indah, Bang Awi, Bang Jabbar, dan Bang Lau), awalnya berniat berangkat menuju Danau Lau Kawar pada pagi hari, tetapi hujan menghalangi. Kami pun memilih untuk menunggu hingga siang hari sambil berdoa semoga hujan segera reda.
Sayangnya, setelah menunggu cukup lama di titik kumpul, hujan tidak juga berhenti. Akhirnya, kami memutuskan untuk tetap berangkat bersama hujan yang masih setia menemani.
Dengan menggunakan mobil Bang Jabbar, perjalanan kami mulai sehabis zuhur. Awalnya, kami mengisi perut terlebih dulu di Rumah Makan Soto Medan. Sayangnya, aku tidak mengabadikan foto soto yang enak itu. Setelah makan, kami pun langsung tancap gas ke Danau Lau Kawar.
Estimasi perjalanan ke Danau Lau Kawar memakan waktu kurang lebih 3 jam. Kami melewati rute Pancur Batu-Sibolangit-Berastagi-Lau Kawar. Kabar baiknya, ternyata ini adalah perjalanan pertama kami semua. Ya, jadi kami tidak tahu bagaimana medan yang menunggu di depan sana. Kabar baik sekali, bukan?
Hujan belum juga berhenti, langit berubah gelap. Karena kami meraba jalan dengan menggunakan maps, perjalanan menjadi sedikit lebih lama dan malam pun tak terelakkan lagi.
Saat itu, tak ada yang bisa kami lihat selain bagian depan jalan. Ya, karena hanya itu yang tersinari oleh lampu mobil. Bagian kanan dan kiri jalan, gelap gulita. Menurut kami, itu adalah semak-semak, karena sesekali seperti ada sesuatu yang menghantam sisi tepi mobil.
Sempat terpikir kami salah jalan. Namun, sayang sekali rasanya, jika harus putar arah dan pulang. Dengan tekad yang tersisa, kami pun memilih melanjutkan perjalanan.
Waktu berselang, tibalah kami di Villa MariPro Lau Kawar. Di pintu masuk, seperti tidak ada kehidupan; tidak terlihat pengunjung lainnya. Ternyata, bagian tempat berkemah ada di bawah vila dan cukup ramai pengunjungnya.
Lagi dan lagi, hujan tak kunjung reda. Malah sesekali menderas. Kami pun terpaksa mendirikan tenda di tengah-tengah hujan itu. Eh, abang-abang itu yang mendirikan. Aku hanya bantu doa saja, hehehe.
Oh, iya, kami mendirikan dua tenda. Satu milik Bang Jabbar, satu lagi sewa dari Villa MariPro. Setelah tenda berdiri, kami mulai memasak makanan yang ada. Ya, ala-ala kemah low budget gitulah.
Ada yang masak, ada yang makan. Hihihi. |
Nah, puncak keseruan dari perjalanan ini dimulai pada waktu ini. Di sela-sela memasak, kami bercerita banyak hal. Hingga akhirnya bermain truth or dare menggunakan kartu pertanyaan-pertanyaan gitu.
Sesi tanya jawab berlangsung hingga dini hari, bahkan bersambung di pagi harinya (karena hujan masih betah di bumi). Aku, si yang biasanya enggak bisa cerita hal-hal pribadi ke orang baru ini, malah terbawa suasana, bahkan sampai menangis.
Namun, hal itu menjadi sesuatu yang kusyukuri. Mungkin itulah cara Tuhan membantuku untuk merilis emosi dari dalam diri. Setelah sesi tanya jawab itu, ada rasa lega yang muncul di hatiku.
Sudah pagi, hujan belum juga berhenti |
Hari berganti, Minggu (11 Desember 2022), saat waktu telah menunjukkan pukul 11.00, hujan belum juga berhenti. Kami pun memutuskan untuk membuka tenda dan bersiap-siap pulang. Tentu, sebelum pulang kami menyempatkan untuk mengambil foto sebagai kenang-kenangan di masa depan.
Bersiap-siap kembali ke Medan |
Bagiku, Danau Lau Kawar tidak kehilangan indahnya, meski cuaca waktu itu sangat tidak bersahabat dan kami tidak bisa mengeksplornya secara keseluruhan. Maha besar Allah atas segala ciptaan-Nya.
Terima kasih untuk perjalanan dan pengalaman serunya, Kakak, Abang. Meski penuh debar, Iki enggak menyesal pergi ke Danau Lau Kawar. Besok-besok ajak lagi, ya. ðŸ¤ðŸ«£
Psssttttt! Ada bonus foto anak manis. ðŸ¤ðŸ«£
24 Komentar
Ikiii aku dari dulu pengen kali main ke Lau Kawar ini karena pemandangan cantiknya, Selalu masuk wish list meski terus terus gagal. Makasih lho sudah menuliskan perjalananmu di sini, jadi tau gimana rute dan durasi kesana. Duh, makin pengen kesana bareng keluarga.
BalasHapusCamping dan canoeing di danau lau kawar adalah salah satu wishlist yang pengen aku cobain tapi belum kesampean sampai sekarang. Semoga bisa kesana taun ini. Btw, kok kayaknya wajah-wajah di foto itu familiar ya.
BalasHapusAamiin. Aku juga pengin ke sana lagi, Kak. Ituuuuu alumni USU semua. Aku juga alumnus USU, sih. Universitas samping Unimed. ðŸ¤ðŸ¤£
HapusWah, sungguh perjalanan yang mendebarkan yak, hujan-hujan meraba jalan, jarang ada nampak tanda-tanda kehidupan pula. Tapi pasti jadi salah satu pengalaman tak terlupakan itu nanti.
BalasHapuslau kawar ini emg keren bgt sih, harganya terjangkau. cocok untuk healing tipis tips dengan harga terjangkau
BalasHapusBackpackerlens : aku belum pernah ke Lau Kawar sih . udah sering denger tapi belum pernah sama sekali . Aduh pas pulang kampung Lebaran ini mungkin bisa jadi opsi tujuan jalan - jalan sama keluarga nih pas balik ke Medan
BalasHapusSaat perjalanan mmg kdg lbh mengesankan, apalagi meraba jalan, malam2 hujan pula. Hanya tekad kuat yg akhirnya bs bawa sampai k tujuan. Btw, spill dong, brp biaya akomodasi di Lau Kawar nya
BalasHapusBeneran seru. 2013 pernah gabut motoran malam-malam. Sampe laukawar tidur dipinggiran danau beralaskan mantel. Untung masih hidup
BalasHapusKak, gabutnya jangan kumat lagi, ya. Seram juga kalau motoran, apalagi enggak beramai-ramai. ðŸ˜
HapusTeringat masa gadis dulu suka seseruan sm kawan sefrekuensi rihlah ala ala. Jadi kenangan manis di masa² ini dan nanti tentunya. Tapi Lau Kawar belum pernah didatangi. Bakal ajak suami ini kayaknya.... Trmksh cerita serunya, Ki.
BalasHapusLau Kawar cakep sih. Estetik gitu. Tapi rada serem juga airnya berrwarna gelap. Dan sinyalnya agak parah disana haha. Pengen kapan-kapan bisa camping disana.
BalasHapusSering dengar namanya sejak kuliah di Medan, tapi belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di sana. Bukan karena nggak mau, tapi nggak tahu hendak pergi bersama siapa. Lihat keadaannya sekarang sepertinya semakin indah ya, Ki?
BalasHapusHikmah hujannya luar biasa ya, jadi pada curhat-curhatan bikin plong, bikin makin deket juga pastinya pertemanan. Seru emang kamping2 bareng temen begini. Salut juga hujan² ditempuh juga, demi healing ya kan...
BalasHapusIya, Kak. Baru bisa krmah bareng kawan. Kalau mau kemah bareng pasangan, belum ada. 😂
HapusKi, Lau kawar itu cakep banget memang. seringnya di pakai orang buat foto prewed. Iyalah makanya maripro buat villa disana kan. Untuk apa informasi ini ku tulis? gaada sih cuma info aja. wkwkwk
BalasHapusDulu pas awal nikah mau kesana tapi masih zona merah. Sekarang udah aman ya di disana, mana tambah cakep lagi suasanya. Jadi pengen kesana juga nih, tapi deg-degan takut tiba-tiba ada awan panas.
BalasHapusPertama dan terakhir kali kemari itu bawa anak anak SD camping kemari, itu jauh sebelum erupsi.. indah beud, MasyaAllah, sempat tracking juga sebentar. Mau lagiiii kemari..
BalasHapusAku pribadi belum pernah ke danau lau kawar sih kak, dengar dari orang orang aja. Semoga suatu hari nanti bisa kesana deh
BalasHapusKalo naik mobil kenapa harus unggu ujan reda, Ki? :D
BalasHapusSayang ujannya betah, ya...
Aku smpe skroll mau nyari foto-fotonya.
Harus diulang lagi itu keknya, hehehe
Eh, iya, juga, ya? Mungkin karena yang bawa mobil pakai kacamata, Kak. Jadi, takut enggak kelihatan jalannya kalau hujan deras. ðŸ˜ðŸ˜…
HapusJustru karena hujan suasana jadi makin syahdu ala-ala gitu ya. Oh iya, untuk sewa tendanya kena berapaan ya kak?
BalasHapusKalau enggak salah 250k, Bang. Karena itu tempatnya agak tinggi. Enggak langsung tanah gitu. Kalau yang di bawah alias langsung tanah, 150k keknya.
HapusDulu ke Lau Kawar thn 2000. Sekarang udah bagus bangettttt. Kapan ya bisa camping lagi ke sini?
BalasHapusTerakhir camping di Lau Kawar dan naik Gunung Sinabung tahun 2002. lihat photo-photo di Instagram sepertinya sudah banyak perubahan. Apalagi sejak Sinabung meletus.
BalasHapus